Senin, 17 Oktober 2011

Akibat Tidak Tahu Berterima Kasih

Tersebutlah dua orang sahabat pencari kayu sedang mencari kayu di hutan. Di kedalaman hutan itu bersemayam seorang penjahat sakti dan sepasang harimau ganas yang suka memangsa manusia.

Biasanya dua orang yang bersahabat ini mencari kayu hanya sampai batas aman hutan. Pada hari itu tidak banyak ranting kering yang berjatuhan sehingga tanpa sadar mereka sudah jauh masuk ke dalam hutan. Mereka melewati batas aman hutan dan memasuki daerah larangan. Daerah larangan ini terkenal angker karena dijadikan sarang bagi penjahat dan binatang buas termasuk penjahat sakti dan sepasang harimau ganas tersebut.

Tanpa mereka sadari, sepasang bola mata sedang mengintai mereka. Ketika mereka sudah berada dalam jangkuan, harimau pun mengaum dan berusaha menerkam. Bersamaan dengan itu, panah beracun seseorang juga sedang melesat dan melayang menghinggapi leher harimau. Harimau jatuh tepat di hadapan dua orang pencari kayu ini. Kemudian berkelebatlah seseorang melompat turun dari sebuah pohon besar dengan tampang yang sangar.

Salah satu pencari kayu yang baik hati dan tahu berterima kasih langsung bersujud dan menghaturkan terima kasih, tetapi temannya malah cepat – cepat menariknya dan mengajaknya pergi. Ia mengajak temannya berlari dengan kencang sambil berteriak – teriak, “Penjahat ... ada penjahat! Penjahat, kelak engkau pasti terbunuh oleh pasukan kerajaan. Penjahat! Ada penjahat!”

Setelah merasa aman, mereka pun berjalan perlahan –lahan. Sang teman yang tahu berterima kasih ini berkata kepada temanya, “Seharusnya kita tidak boleh berbuat demikian kepadanya. Dia telah menyelamatkan nyawa kita.” Lalu teman yang satunya menimpali, “Sekali penjahat tetap penjahat, tidak usah berterima kasih kepadanya. Toh dia adalah orang jahat, buktinya dia adalah buronan kerajaan.”

Teman yang baik hati kembali menjawab, “Kawan, bukankah kita tidak tahu persoalannya? Mungkin saja beliau adalah pejuang yang berbeda pandangan dengan Raja sehingga Raja tidak senang dan menjadikannya buronan. Yang kita tahu, hari ini dia adalah pahlawan yang menyelamatkan nyawa kita. Itulah yang harus kita nilai, bukan anggapan umum. Kenapa kamu tidak mau mengucapkan terima kasih?” lalu sang teman menimpali lagi, “Ah sudahlah! Engkau terlalu bodoh dan baik hati, mudah tertipu oleh kebaikan orang lain. Hari ini kita benar – benar sial sehingga kayu yang kita kumpulkan dengan susah payah pun terpaksa kita tinggalkan. Besok kita harus mengambilnya kembali.”

Keesokan harinya mereka berjalan masuk ke hutan larangan itu kembali dengan maksud mau mengambil kembali kayu yang sudah mereka jatuhkan kemarin. Sepasang bola mata mengintai kedua manusia ini, pada saat mereka sedikit terpisah, teman yang tidak tahu berterima kasih ini menjadi mangsa harimau yang ingin membalas kematian pasangannya.

Sang perkasa di atas pohon hanya menyaksikan dan tidak ingin turut campur tangan lagi. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat si anak manusia yang tak tak tahu berterima kasih ini meregang nyawa dan diseret ke semak – semak oleh si raja hutan.

Sumber cerita: Buku “Maaf, Bhante Sekedar Numpang Lewat; Belajar Menjadi Bijaksana” karya Biku Vijaya Putta

Bercermin dari kisah di atas, terkadang kita sebagai manusia menganggap sepele atau bahkan melupakan ucapan terima kasih kepada orang lain yang memang berhak mendapatkannya. Ucapan terima kasih tidak hanya ditujukan sebagai “ungkapan balas budi” melainkan untuk menunjukkan respect yang kita miliki sebagai manusia ketika mendapatkan bantuan dari orang lain.

Ucapan terima kasih juga merupakan ucapan termanis bagi seseorang yang telah membantu kita. Bukan karena mereka pamrih tapi ucapan tersebut berguna untuk meyakinkan mereka bahwa tindakan mereka memang benar. Apa yang mereka telah lakukan adalah memang sesuatu yang kita butuhkan. Jadi, jika selama ini Anda sering lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada guru, rekan kerja, adik, kakak, atau bahkan orang tua Anda, sekarang adalah saat yang tepat untuk mulai membiasakan hal tersebut. Selagi Anda masih bisa berkata, dan selagi mereka masih ada. “Terima Kasih” mempunyai arti tersendiri bagi mereka yang memang berhak mendapatkannya.

Untuk itu, saya sebagai penulis juga mengucapkan TERIMA KASIH kepada siapa saja yang telah bersedia meluangkan waktunya membaca tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita semua akan arti pentingnya berterima kasih.

_aina_
c=*

GARA – GARA BURUNG PERKUTUT

Seorang Ayah pada Minggu pagi sedang menikmati hobinya yaitu mengurus burung perkutut. “Tur ku tut ku tut ku tut, tur ku tut ku tut ku tut,” demikianlah burung tersebut bersiul menghibur tuannya, membuat senang seorang laki – laki yang baru bangun dan masih mengenakan sarung dan kaus oblong.

Tiba-tiba telepon berbunyi dan anak laki – lakinya yang masih berumur 8 tahun pun mengangkatnya, “Halo ini ciapa?” kata anaknya. “Oh, kamu anaknya Pak Indra, ya?” tanya si penelepon. “iya, Om. Om mau cari papa ya?” lalu suara di seberang telepon menjawab, “Iya, bilang sama papa, bosnya dari kantor panggil, ya!” “Baik, Om,” jawab anak tersebut. Kemudian gagang telepon diletakkan terbuka dan anak tersebut ke halaman belakang rumah menjumpai ayahnya.

Saat itu ayahnya sedang asyik dengan burung perkututnya. “Tur ku tut ku tut ku tut!” Anaknya berteriak, “Papa, ada telepn dari om om cari Papa!” Lalu ayahnya dengan enteng menjawab, “Ha! Menggangu keasyikan orang saja, bilang saja Papa tidak ada, sana!” Kemudian sang anak berlari lagi ke ruang tamu dan mengagkat telepon kembali. “Halo Om, Papa saya bilang Papa nggak ada di rumah.” Sang bos dengan gusar bertanya,”Ha, apa?!” Papamu bilang dia tidkaada di rumah?” “Iya Om, tadi Papa pesan bilang Papa tidak ada di rumah.” Sang bos pun naik pitam dan berpesan kepada anaknya. “Bilang sama Papamu kalau dia pembohong! Ini bos dari kantornya, Pak Hendra, bilang ya!”

Setelah meletakkan gagang telepon di tempatnya, secepat kilat sang anak berlari ke belakang memberitahukan ayahnya. “Papa! Papa! Om yang di telepon bilang Papa pembohong. Itu Om Hendra,bosnya Papa dari kantor.” Mendengar itu sang ayah sangat terkejut dan baru menyadari kesalahannya, kemudian bertanya kepadasang anak. “Apa saja yang kamu katakan kepada Om Hendra tadi?” “Aku bilang Papa bilang Papa nggak ada di rumah.” Sang ayah menepuk keningnya. “Aduh, mati aku! Jadi kamu bilang Papa yang bilang Papa nggak di rumah?” Sang anak menjawab dengan polos, “Iya, kan Papa yang suruh bilang Papa nggak ada!” “Aduh, mati aku! Mati aku!” Sang ayah berjalan mondar-mandir dalam kegelisahan karena telah ketahuan berbohong oleh bosnya.

Ia kebingungan, bagaimana ia akan menghadapi bosnya esok hari. Tiba – tiba burjng perkututnya berbunyi lagi. “Tur ku tut ku tut, tur ku tut ku tut!” Kali ini suara burung perkutut tidak terdengar merdu lagi di telinganya, bahkan ia menendang sangkar burung perkutut itu sambil berteriak, “Diaaaaaaaaaaaammmm!”




Setelah membaca cerita di atas, mungkin sebagian dari kita akan tergelitik oleh tingkah laku si anak dan juga keteledoran si Ayah. Namun, tanpa disadari cerita di atas merupakan cuplikan kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita terlalu enjoy melakukan sesuatu dan tidak ingin diganggu, terkadang kita meminta orang lain untuk berbohong demi kepentingan kita sendiri. Egois memang, tapi itulah kenyataanya. Berdasarkan cerita di atas, secara tidak langsung si Ayah telah mengajarkan anaknya untuk berbohong tanpa berpikir bahwa perbuatannya itu akan berpengaruh terhadap perkembangan psikis si anak. Padahal dalam kenyataannya yang diharapkan seorang anak dari orang tua mereka adalah keteladanan dan contoh – contoh real yang baik untuk ditiru karena mereka masih sangat kesulitan menemukan jati diri yang sesuai bagi mereka untuk menjalani kehidupan ini.

Beberapa hal yang bisa kita petik dari cerita di atas ialah, sekecil atau sebesar apapun kebohongan yang Anda buat akan terungkap seiring berjalannya waktu. Ketika Anda memulai dengan sebuah kebohongan, Anda tak akan pernah bisa berhenti karena Anda membutuhkan kebohongan – kebohongan lain untuk menutupi kebohongan Anda. Dan hal yang tak kalah penting lainnya adalah, jujur merupakan pilihan terbaik dalam kehidupan karena kejujuran adalah mata uang yang berlaku di seluruh dunia.

Sumber cerita: “Maaf, Bhante Sekedar Numpang Lewat; Belajar Menjadi Bijaksana” karangan Biku Vijaya Putta.

Senin, 06 Juni 2011

Kisah Giok Hong Siang Tee

Kisah Giok Hong Siang Tee di bawah ini:
Dari buku Kisah Para Suci terbitan Yayasan Bakti, Penyusun : Christian Arianto Partono,, Marga Singgih, N. Shinta Aprilia, SH, Silvianita Timotus, M.Si




Pada zaman dahulu kala di darantan Tiongkok ada sebuah negeri bernama Kuang Yuan Miao Lo (Negeri yang bercahaya Terang Benderang dan Elok penuh Suka-cita). Rakyat kerajaan itu semuanya hidup bahagia. Apa saja yang di kehendaki oleh rakyat negeri itu pasti akan terkabul. Kemudian rakyat negeri itu mengira, jika rakyat bisa hidup bahagia, apalagi seorang Raja, maksudnya yaitu Raja mereka. Mereka berpendapat Raja dan Permaisuri pun akan hidup bahagia seperti mereka. Ternyata dugaan mereka itu sangat keliru sekali.

Raja Tsing Teh (Ceng Tee atau Raja Dermawan Suci-nuirni) maupun Permaisuri Pao Yueh Goat Kuang (Sinar KiMiibulan Yang Indah), pada saat itu justru sedang bersusah hati dan berduka cita. Kesusahan dan kedukaan mereka itu ternyata mereka tidak mendapatkan keturunan yang bisa melanjutkan kerajaan mereka sebagai penyambung keturunannya.

Pada masa itu keturunan atau anak lelaki bagi mereka adalah mutlak mereka dambakan, karena untuk menyambung dan melanjutkan tahta kerajaannya kelak, yaitu sesudah mereka meninggal dunia. Ketika itu usia raja dan permaisuri sudah sangat lanjut. Tentu saja mereka berdua jadi amat kuatir, dan sangat berduka karena tidak punya penerus yang akan melanjutkan menjadi raja menggantikan mereka di kemudian hari.

Pada suatu hari.....
Raja Dermawan Suci-murni ini memerintahkan menterinya untuk mengundang pendeta Taois. Mereka diminta

untuk membantu bersembahyang di kelenteng-kelenteng dan membacakan doa-doa agar Raja bisa memperoleh keturunan yang di kemudian hari sang putera ini akan duduk di singgasana sebagai penggantinya.

Siang dan malam Raja Dermawan Suci-murni dan permaisurinya terus berdoa kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa). Mereka memohon diberi seorang putera sebagai ahli waris mereka. Namun, sesudah bertahun-tahun lamanya mereka berdoa dan berharap-harap dengan penuh harap dan cemas, ternyata permaisuri belum juga hamil. Namun, mereka tidak bosan-bosan dan tidak putus harapan mereka terus memohon kepada Thian Yang Maha Kuasa.

Akhirnya pada suatu malam permaisuri bermimpi. Dalam mimpinya dia bertemu dengan Tai-siang Li Lo Kun yang sedang naik kereta naga emas. Ketika itu Beliau sedang menggendong anak kecil yang bercahaya. Kemudian permaisuri memohon kepada Tay Siang Li Lo Kun agar bayi itu diserahkan kepadanya.

"Baginda sudah berusia sangat lanjut, tapi tidak mempunyai turunan, hamba mohon anak itu diserahkan saja kepada kami," kata permaisuri.

"Baiklah," kata Tai-siang Li Lo Kun alias Lao Tzu.

Benar saja tidak berapa lama permaisuri pun hamil. Selang sembilan bulan kemudian lahirlah seorang anak lelaki yang manis dan sehat. Ternyata harapan dan cita-cita raja dan permaisuri pun sudah terkabul. Bukan main gembiranya raja dan permaisuri atas karunia ini. Mereka sangat bersyukur.

Di istana mereka sekarang seolah telah muncul cahaya harapan. Anak itu kemudian diasuh dan dibesarkan oleh para pengasuhnya dan diperlakukan dengan kasih sayang.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun sudah berganti dengan tahun. Begitu pun tahun sudah berganti dengan tahun yang baru dan begitulah hari

demi hari berjalan dengan cepat, sehingga sang anak itu pun akhirnya sudah menjadi dewasa. Anak itu ternyata pandai dan bijaksana. Kemudian raja mengangkat puteranya itu menjadi bendahara negara.
Karena sudah menjadi sifat putera raja ini sejak baru dilahirkan, anak raja ini berbudi halus dan sangat bijaksana, juga dia sangat murah hati; dia tidak segan-segan membantu orang-orang yang miskin dan orang yang dilanda kesusahan. Sering dia sengaja membuka gudang bahan makanan milik negara. Isinya dia kuras dan dia bagi-bagikan di antara orang-orang yang membutuhkannya. Sejak saat itu tidak ada lagi janda atau duda dan juga anak yatim piatu yang mengeluh kekurangan pakaian atau makanan mereka.

Ketika ayah sang putera mahkota ini akan mengangkat sang anak untuk menggantikan kedudukannya menjadi raja, lain diadakanlah upacara pengangkatan secara resmi. Maka naik tahtalah putera mahkota ini menggantikan ayahnya.
Selama menjadi raja dia telah melihat dan memperhatikan kehidupan rakyat secara langsung. Dia saksikan yang rakyatnya terkadang dilanda duka nestapa yang luar biasa. Terkadang pula mereka sehat tapi tiba-tiba mereka jatuh sakit, bahkan nyawa mereka direnggut maut hingga meninggal dunia.

Melihat suka-duka kehidupan manusia itu sang raja yang baru dan bijaksana ini menjadi sangat kecewa dan herduka bukan main. Terutama dia sangat prihatin pada penyakit dan maut yang sering merenggut kebahagiaan manusia atau rakyatnya. Hingga rakyatnya pun tidak bisa hidup bahagia selama-lamanya. Sekarang raja ini sering tampak murung melamun saja dan berduka sekali.

Pada suatu hari raja yang bijaksana ini berpikir, "Aku harus mencari sebab-sebab dari penyakit yang sering menyerang manusia ini, sehingga sering membuat mereka harus meninggal dan berduka cita."

Oleh karena itu sang raja yang bijaksana ini berniat akan bertapa dan menyelidiki masalah penyakit dan kematian atas diri manusia itu. Sang raja bijaksana ini ingin melepaskan semua manusia dari berbagai bencana dan duka serta penderitaannya yang dideritanya sepanjang hidupnya.

Maka pergilah sang raja bijaksana ini meninggalkan istananya yang agung dan permai itu. Dia menuju ke Siu Yen (Can San yang permai di negeri P'u Ming (Negeri yang selalu Bercahaya), yang ada di bagian selatan. Di sinilah sang raja bijaksana itu bertapa sampai akhirnya dia menemukan pengetahuan tentang kesukaran yang dialami umat manusia pada umumnya pada masa itu.

Kemudian sang raja yang bijaksana ini kembali ke negerinya dengan membawa bekal pengetahuannya yang maha penting itu untuk oleh-oleh bagi rakyatnya yang dia cintai. Di tengah-tengah masyarakatnya raja bijaksana ini mengajarkan pelajaran Kekal Sejati dan mengobari orang yang sakit, menolong orang yang ditimpa musibah dan kesusahan. Menghibur orang-orang yang berduka-cita dan seterusnya.

Pada suatu hari, maut yang sudah menjadi warisan umat manusia ternyata tidak bisa dihindarkan, maka mangkatlah sang raja yang bijaksana ini dan hidup abadi di Langit. Pada saat sang raja bijaksana meninggal dunia, seluruh rakyat negerinya berkabung dan ikut berdukacita. Bunga-bunga dan berbagai tanaman menjadi layu, bahkan daun-daunnya berguguran ke tanah dan berserakan. Bumi pun basah dan dingin, awan seolah-olah ikut bermuram durja, berwarna kelam berkabut. Bintang-bintang di langit seolah gelisah bersembunyi di balik gunung-gunung yang tinggi.

Sang raja yang bijaksana itu sudah menjadi roh dan beliaui memandang kebumi, ketika itu beliau sangat terharu mrnyaksikan keadaan yang demikian menyedihkan itu. bahkan dia merasa berkewajiban untuk melepaskan penderitaan umat manusia itu dan beliau ingin turun kembali ke muka bumi.

Karena sudah tak tertahan lagi menyaksikan penderitaan rakyatnya lalu beliau turun ke bumi setiap 800 tahun sekali. Selang 800 tahun kemudian, kembali sang raja yang bijaksana itu pun turun ke bumi. Beliau menata kembali tanam-tanaman yang telah layu, hujan diturunkan agar bisa membasahi bumi, sehingga tanaman dan bunga-bunga bisa tumbuh subur dan berkembang memeriahkan muka bumi yang tadinya gersang dan sunyi menjadi ceria kembali.

Di sana sini satwa dan unggas berterbangan dengan riang gembira. Suara cicit burung menyemarakkan hutan rimba yang semula sunyi bagai kuburan itu. Rakyat bersorak gembira menyambut tahun yang baru dengan kesemarakkan musim semi dan bunga yang indah itu. Mereka pun pada hari itu berpakaian baru dan indah-indah, lalu jika mereka bertemu dengan orang tua, sanak-famili, maupun para tetangga, dan handai-taulannya, mereka segera mengucapkan: "Selamat Tahun Baru".

Sang raja yang bijaksana ini girang sekali karena beliau mampu mendatangkan kebahagian bagi umat manusia dimuka bumi ini. Namun, karena beliau sekarang bukan penduduk bumi lagi, maka sang raja yang bijaksana ini pun kembali ke langit. Tapi sang raja bijaksana ini berjanji pada umat manusia, di awal tahun dia akan datang ke bumi untuk Membahagiakan umat manusia.
Selang ribuan tahun kemudian, manusia yang dibahagiakan oleh sang raja yang bijaksana itu sudah makna kebahagiaan yang diberikan oleh raja yang
bijaksana itu. Di mana-mana mulai timbul berbagai kejahatan yang dilakukan oleh umat manusia.

Ketika sang raja yang bijaksana untuk turun lagi terakhir kalinya ke muka bumi, beliau malah ditangkap oleh manusia. Kemudian beliau disiksa dan dianiaya. Dengan kuasanya beliau beliau bisa bebas dan sejak saat itu beliau tidak mau lagi kembali ke muka bumi. Ketika rakyat mulai menyadari bahwa yang mereka siksa itu adalah raja kebijaksanaan yang telah menganugerahi kebahagiaan kepada mereka maka mereka pun jadi kaget. Tapi semua itu sudah terlambat. Kemudian rakyat menamakan raja yang bijaksana itu dengan sebutan "Giok Hong Siang Tee".
Orang Tionghoa menganggap bahwa "Giok Hiong Siang Tee" adalah " Yang Tertingggi Dari Segala Yang Paling Tinggi" yang ada di muka bumi ini. Kekuasaannya sangat tidak terbatas.

Di Indonesia orang-orang Tionghoa memperingati hari lahir "Giok Hong Siang Tee" dengan sangat hikmat, yaitu pada setiap tanggal 9 bulan satu Im-lek atau delapan hari sesudah Perayaan Tahun Baru Im-lek hari kelahiran itu dirayakan dengan bersembahyang.

Berhari-hari sebelum mulai melaksanakan sembahyang pada "Giok Hong Siang Tee", orang-orang Tionghoa ini membersihkan diri, Mereka tidak boleh memiliki pikiran yang tidak senonoh, dilarang bicara yang tidak pantas dan harus bersih tubuh dan hatinya atau terkadang orang itu cia-cay (mutih).
Sehari menjelang akan dirayakannya Sembahyang Tuhan orang-orang Tionghoa membersihkan rumah mereka, termasuk semua alat rumah tangganya.
Malam harinya pada tanggal 8 bulan satu Im-lek, mereka menyediakan sebuah meja sesaji untuk menghormati "Giok Hong Siang Tee" yang mereka puja itu.

Sajian yang umumnya disajikan di meja sembahyang itu biasanya manisan, misalnya manisan ceremeai, manisan kolang-kaling, buah-buahan, sepasang lilin, dan di kiri-kanan meja sembahyang biasanya diikatkan sepasang pohon tebu. Mengenai pohon tebu ini pun ada kisahnya. Tidak lupa juga bunga-bunga yang harum baunya sebagai lambang Musim bunga. Dupa wangi kayu gaharu dibakar untuk mengharumkan ruangan.

Pada tengah malam semua orang bersembahyang di depan meja sembahyang untuk mengucapkan terima kasih kepada Giok Hong Siang Tee (Thian). Orang Tionghoa menamakan sembahyang ini sebagai "Sembahyang kepada Tuhan.
Sebenarnya sembahyang pada "Giok Hong Siang Tee" ini dilakukan pada hari kesembilan, atau tepatnya pada tanggal 9 bulan satu tahun atau penanggalan Im-lek. Namun dalam buku ini untuk menghormati Thian (Tuhan) mengenai hal ini dikedepankan sebagai bagian yang harus mendapat tempat terhormat. Falsafah tentang Kaisar Tsing The (Cen Tee) ini bisa kita hubungkan dengan Sang Matahari yang mampu membahagiakan umat manusia. Sedangkan Permaisuri Pao Kuang sebagai Sang Rembulan.

PEH CUN / DUAN WU 端午

Adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek Hokkian untuk kata pachuan ( 扒船, mendayung perahu). Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktek umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.
Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti Zhou. Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah makan bakcang (肉粽, rouzong) dan perlombaan dayung perahu naga.

Asal Usul
Dari catatan sejarah dan cerita turun temurun dalam masyarakat Cina, asal usul festival ini dapat dirangkum menjadi 2 kisah:

Peringatan atas Qu Yuan
Umumnya orang Tionghoa menganggap bahwa Hari Peh Cun adalah satu festival yang diadakan untuk memperingati Qu Yuan, seorang pujangga Tiongkok yang patriotik. Qu Yuan pernah menjadi pejabat tinggi Negara Chu pada Zaman Negara-negara Berperang dari tahun 475 sampai 221 Sebelum Masehi. Pada zaman itu, Tiongkok terpecah belah menjadi 7 negara yang saling berperang. Berangsur-angsur, Negara Qin di bagian barat laut Tiongkok, kira-kira di Propinsi Shaanxi sekarang semakin kuat dan mengancam keamanan ke-6 negara yang lain. Qu Yuan yang patriotik mengusulkan kepada Raja Negara Chu, yang kira-kira terletak di Propinsi Hunan Tiongkok Selatan sekarang, agar bersekutu dengan Negara Qi dan bersama-sama melawan Negara Qin, namun gara-gara adu domba beberapa pejabat lain yang memihak Negara Qin, Qu Yuan dipecat dari jabatannya oleh Raja Negara Chu dan hidup dalam pembuangan. Pada tahun 278 Sebelum Masehi, Negara Chu ditaklukkan oleh Negara Qin. Pada tanggal 5 bulan ke-5 Imlek tahun itu, Qu Yuan bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Mi Luo. Konon setelah Qu Yuan bunuh diri, penduduk setempat berdatangan ke sungai itu untuk mencari jenazahnya seraya membuang bacang ke sungai itu agar ikan di sungai itu tidak menggerogoti jenazahnya. Lama-kelamaan kegiatan itu menjadi suatu tradisi dan setiap tanggal 5 bulan ke-5 Imlek penduduk setempat pasti mengadakan lomba dayung untuk memperingati Qu Yuan. Kegiatan ini sekarang juga diikuti oleh para peserta dari negara-negara lain. Pada hari Pehcun pasti disajikan bacang.

Tradisi Suku Kuno Yue di Cina Selatan
Perayaan sejenis Peh Cun ini juga telah dirayakan oleh suku Yue di selatan Cina pada zaman Dinasti Qin dan Dinasti Han. Perayaan yang mereka lakukan adalah satu bentuk peringatan dan penghormatan kepada nenek moyang mereka. Kemudian setelah terasimilasi secara budaya dengan suku Han yang mayoritas, perayaan ini kemudian berubah dan berkembang menjadi perayaan Peh Cun yang sekarang kita kenal.

Peringatan atas Wu Zi-xu
Ini adalah versi lain yang juga populer di pesisir timur Tiongkok. Wu Zi-Xu adalah orang negara Chu pada zaman Musim Semi dan Gugur (Chun Qiu Shi Dai, 770 SM ~ 476 SM), namun karena keluarganya dibunuh oleh Raja Chu menyebabkan ia pergi membantu negara Wu menyerang negara Chu. Kerajaan Wu menang perang berkat jasanya. Sayangnya, setelah Raja Wu He Lu meninggal dan digantikan anaknya, anaknya tidaklah begitu menghormati Wu Zi-Xu. Wu Zi-Xu yang menasehatkan raja baru untuk menyerang negara Yue tidak digubris dan malah ia difitnah oleh menteri negara Wu yang bersekongkol dengan negara Yue mengharuskan ia dihukum mati. Setelah meninggal, jenazahnya kemudian dibuang oleh menteri ke dalam sungai. Sehingga, orang-orang kemudian merayakan hari raya Duan Wu untuk memperingatinya.

Kegiatan dan Tradisi
Lomba Perahu Naga : Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman negara-negara berperang. Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Cina Daratan, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
Makan Bakcang : Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Cina, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bakcang tadi. Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya, gula manis.
Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu : Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai (艾草) dan changpu (菖埔) di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
Mandi Tengah Hari : Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak

Jumat, 20 Mei 2011

Swimologi




Pada suatu hari ada seorang profesor yang sangat tinggi pendidikannya dan gelarnya juga banyak sekali. Profesor ini masih muda dan belum dewasa dalam menghadapi masalah kehidupan, dia hanya sangat tinggi dalam pendidikannya saja.

Pada suatu ketika, profesor ini berlayar dengan sebuah kapal yang cukup besar; dan di dalam kapal tersebut, juga ada seorang pelaut yang sudah tua serta kurang berpendidikan. Dia menjadi pelaut hanya dari pengalaman hidupnya saja.

Pada suatu hari profesor pergi ke kabin pelaut tua, akhirnya mereka berbincang-bincang, di akhir perbincangan profesor itu bertanya kepada pelaut tua: ”Hai pak pelaut tua, apakah bapak pernah belajar ‘geologi’?” “Apa itu tuan profesor?” “Itu lho, ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi”. “Oh, tidak tuan profesor, saya tidak pernah belajar di sekolah maupun di perguruan tinggi. Saya tidak pernah belajar apa-apa”. “Wah, pak tua, kalau begitu, berarti bapak sudah kehilangan seperempat dari seluruh kehidupan bapak karena ternyata bapak, sebagai pelaut, tidak tahu tentang ilmu bumi”.

Mendengar hal ini, pelaut tua itu menjadi sangat sedih. Karena, kalau yang bilang demikian itu adalah seorang profesor, berarti hal itu memang benar. Oleh sebab itu, dia menjadi sangat sedih karena merasa telah kehilangan seperempat dari hidupnya. Artinya, seperempat bagian dari kehidupannya telah sia-sia karena tidak punya pengetahuan tentang geologi tadi.

Hari berikutnya, profesor pergi ke kabin pelaut tua itu lagi, di akhir perbincangan profesor itu bertanya: ”Pak tua, pak tua, apakah bapak pernah belajar ‘oceanologi’? Pernah tidak?” “Apa sih itu, tuan profesor?” “Itu lho, ilmu yang mempelajari soal laut, soal samudera”. “Wah, tidak pernah tuan, kan saya sudah bilang, bahwa saya tidak pernah belajar apa-apa”. “Wah, pak tua, kalau begitu, berarti sekarang bapak telah kehilangan setengah dari kehidupan bapak; karena, sebagai pelaut, bapak tidak tahu tentang ilmu samudera”. Pelaut tua itu sekarang tambah sedih lagi karena dikatakan demikian oleh sang profesor.

Pada hari berikutnya lagi, profesor pergi ke kabin pelaut tua itu lagi, di akhir perbincangan profesor itu bertanya: ”Pak tua, pak tua, apakah bapak pernah belajar ‘metereologi’?” “Apa lagi sih itu, tuan profesor, saya tidak tahu”. “Itu lho, ilmu yang mempelajari tentang cuaca, hujan, angin, dan sebagainya”. “Wah, tidak pernah tuan profesor, saya benar-benar tidak pernah belajar apa-apa”. “Nah, pak tua, kalau begitu, berarti sekarang bapak telah kehilangan tiga perempat dari seluruh kehidupan bapak”.

Pelaut tua itu sekarang benar-benar menjadi sangat sedih sekali karena profesor tadi telah mengatakan demikian. Artinya, dia merasa telah kehilangan tiga perempat dari seluruh kehidupannya.

Keesokan harinya giliran pelaut tua yang datang ke tempat profesor muda tersebut sambil berteriak-berteriak: ”Tuan profesor, tuan profesor, tuan profesor....apakah anda pernah belajar ‘swimologi’? Cepat katakan tuan, apakah anda pernah belajar ‘swimologi’?” “Belum pak tua, belum pernah. Apa itu ‘swimologi’?” “Ilmu berenang tuan, apakah tuan profesor bisa berenang?” “Wah, saya tidak bisa berenang, pak tua. Kenapa?” “Wah, tuan profesor, kalau begitu berarti tuan telah kehilangan seluruh kehidupan tuan, bukan hanya tiga perempat. Sebab, baru saja kapal ini menabrak karang, dan sekarang sedang akan tenggelam. Jadi, siapa saja yang bisa berenang, dia bisa mencapai pantai; kalau tidak bisa, ya tenggelam. Maka, maafkan saya tuan profesor, karena tidak bisa menolong tuan”.

Mungkin kita semua telah mempelajari semua ‘logi’ di dunia ini, tetapi jika kita tidak pernah belajar ‘swimologi’ kehidupan, apa gunanya semua ‘logi-logi’ itu?

Walaupun kita telah belajar ‘swimologi’ dengan membaca buku, mendengarkan pengarahan-pengarahan, namun jika kita tak mau menyentuh air, bagaimana ‘swimologi’ itu dapat membantu?

Tidak ada gunanya teori, teori, teori tanpa praktik! tapi jika praktik, praktik, praktik tanpa teori akan sangat berbahaya.

Cobalah belajar berenang di samudra penderitaan ini dan pergi ke pantai seberang yang bebas dari segala penderitaan.

(salah satu kutipan/editan Ceramah 10 Hari Kursus Meditasi Vipassana – SN. Goenka)

Kamis, 19 Mei 2011

B O S A N . . .




Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua : "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua : "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu : "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu : "Contohnya? "

Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

sumber: Catatan Herman Khantipalo

Ingat Peraturan Nomor 5

Suatu hari Sang Guru sedang rapat dengan seorang rekan bisnisnya. Di tengah-tengah rapat, tiba-tiba seorang anak buah Sang Guru masuk ke ruang rapat sambil tersengal-sengal dan dengan kalut dia melaporkan sesuatu kepada Sang Guru.

Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.

Sepenanak nasi kemudian, seorang anak buah lainnya dari Sang Guru menginterupsi rapat dan dengan resah mengeluhkan suatu masalah yang tampaknya membuatnya berbeban berat.

Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.

Sejenak berlalu, lagi-lagi seorang anak buah yang lain dari Sang Guru menerobos ke ruang rapat dan dengan penuh kekesalan menyampaikan uneg-unegnya kepada Sang Guru.

Sang Guru menjawab: "Ingat peraturan nomor 5." Mendengar ini, anak buahnya kontan jadi tenang, meminta maaf, dan mohon diri.

Menyaksikan peristiwa itu, rekan bisnis Sang Guru tidak tahan lagi untuk mengungkapkan rasa penasarannya. Ia bertanya: "Apa sih peraturan nomor 5 itu?"

Sang Guru menjawab: "JANGAN SERIUS-SERIUS AMAT LAH."

"Ooo, itu peraturan yang bagus," ujar rekan bisnisnya seraya mengangguk-angguk, "lalu, apa bunyi peraturan-peraturan lainnya?"

"Nggak ada sih, itu aja!" sahut Sang Guru sambil tersenyum lebar.

Cerita di atas mengajarkan kepada kita banyak hal mengenai kelapangan hati. Dalam keseharian hidup, kita senantiasa berkecimpung dengan hal-hal yang membuat kita cemas dan kesal. Andaikata kita bisa meletakkan setiap permasalahan kita dalam perspektif yang benar-benar esensial dan bernilai, kita akan bisa berpikir dengan lebih jernih.

Sebuah studi menunjukkan bahwa "penyebab kecemasan" orang-orang adalah:
Hal-hal yang tak pernah terjadi: 40%
Hal-hal yang silam dan tak bisa diubah: 30%
Perasaan takut sakit: 12%
Hal-hal sepele atau kurang beralasan: 10%
Masalah yang nyata/betulan: 8%
Jadi, survei membuktikan: 92% adalah kecemasan semu nan sia-sia!

Seiring dengan tumbuhnya kedewasaan spiritual kita, kita akan semakin menyadari kenyataan bahwa sehebat apa pun, kita dan segala atribut kita bukanlah pusat dari alam semesta. Dengan pemahaman ini, tatkala kita menghadapi kecemasan atau kekesalan, kita bisa mengingatkan diri bahwa apa yang terjadi pada kita bukanlah hal yang bersifat "personal".

Alam dan kehidupan berjalan secara tidak memihak. Semakin kita mampu menyelaraskan diri dengan jalannya kehidupan, akan semakin damai dan bahagialah kita. Kalau kita senantiasa ingat "peraturan nomor 5", kita akan lebih mudah untuk terus bangkit dan melenggang dalam segala terpaan hidup.

Be happy.
\(^0^)/

Kisah Si Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada si tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu" katanya "hadiah dari kami".

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkanlah rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat dari sikap dan pilihan yang kita perbuat di hari ini.

Kisah Jiu Tian Xuan Nii .

Jiu Tian Xuan Nii ( Kiu Thian Hian Li ) secara umum sering disebut sebagai Xuan Ni Niang Niang ( Hian Li Nio Nio ) adalah seorang Dewi yang sangat tinggi kedudukannyadalam mithologi Tionghoa. siapa sesungguhnya Dewi ini ?

Dalam legenda disebutkan sesungguhnya Jiu Tian Xuan Nu adalah Nii Wa, seorang Dewi yang dalam dongeng purba diceritakan telah menciptakan manusia dari tanah liat dan mengatur perkawinan antar mahkluk itu dengan satu sistem . kisah Nii Wa yang paling terkenal adalah " Nii Wa menambal langit ". dikisahkan bahwa suatu ketika salah satu tiang yang menopang langit patah akibat pertempuran antara Gong Gong si Dewa Air dan Zhu Rong si Dewa Api. patahnya tiang langit ini menyebabkan banjir besar di Shenzhou ( sebutan bagi Tiongkok purba ) dan kebakaran hutan di beberapa bagian negeri itu. binatang buas lari lintang pukang menerjang pemukiman manusia. malapetaka ini menyebabkan Nii Wa sedih sekali. Ia melebur beberapa macam batu yang berwarna lima, menambal langit yang bocor dan tiang yang patah itu, mengganjal tepi angkasa yang miring dengan kaki kura-kura raksasa, memadamkan api dan mengeringkan banjir. kembali manusia dapat hidup tentram dan damai berkat jerih payah Nii Wa . karena kisah inilah, Nii Wa diangkat sebagai Dewi pelindung usaha peleburan emas dan perak. perusahaan pembuatan payung, pemintalan kapas dan pembuatan minyak wangi. Dia menciptakan sebuah alat musik tiup, Sheng Huang, semacam serunai untuk menaklukan para roh-roh jahat, sebab itu Jiu Tian xuan Nii juga dianggap sebagai Dewi pelindung perusahaan pembuatan alat musik.

Hari lahirnya di peringati pada tanggal 15 bulan 9 Imlek. gabungan pembuatan payung mendirikan kelenteng pemujaan Jiu Tian Xuan Nii yang sekarang terletak dibekas tempat perhimpunan orang2 Tong An, di Taiwan .

Sumber : buku " Dewa - Dewi Kelenteng " di cetak oleh Yayasan Kelenteng Sampookong , Gedung Batu - Semarang .

Minggu, 24 April 2011

D. Manusia dan Keindahan

D.Manusia dan Keindahan


Keindahan
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.


Apakah keindahan Itu ?

Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kadang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
a. Keindahan dalam arti luas
b. Keindahan dalam arti estetis murni
c. Keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan

Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang diserapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.

Nilai estetik.
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya.
Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai instrinsik dan nilai ekstrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ( instrumental/contributory) yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atu sebagai sesuatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri. Sebagai contoh :
Puisi. Bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda ) puisi itu disebut nilai instrinsik. Tarian damarwulan Minakjonggo merupakan nilai ekstrinsik, sedang pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.



Apa sebab manusia menciptakan keindahan ?
1. Tata nilai yang telah usang
2. Kemerosotan zaman
3. Penderitaan Manusia
4. Keagungan Tuhan

Renungan
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologis.

Teori Pengungkapan.
Dalil teori ini ialah bahwa “arts is an expresition of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia) Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) Beliau antara lain menyatakan bahwa “Seni adalah pengungkapan pesan-pesan) expression adalah sama dengan intuition, dan intuisi adalah pegnetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentagn hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images warna, garis dan kata. Pengalamam estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan. Seorang tokoh lainnya adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yagn seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.

Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisik merupakan salah satu contoh teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karyanya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengungkapkan suatu teori peniruan (imitation teori). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada tarat yang tertinggi sebgai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi. Dan karya seni yang dibuat manusia adalah merupakan mimemis (tiruan) dari ralita duniawi

Teori Psikologis
Para ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seni tiu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Teori lain lagi yaitu teori permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller (1757 -1805) dan Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) menurut Schiller, asal seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.

E.Manusia dan Keadilan



Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

Berbagai Macam Keadilan
1. Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal
2. Keadilan distributive
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).
3. Keadilan komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.

Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada.

Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik.

Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf.

Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat melalui studi kasus berikut ini:

Senin, 21 Maret 2011

A. Manusia dan Kebudayaan

Manusia

Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi ( ilmu fisika ). Manusia merupakan mahluk biologis yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia ( biologi ). Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atu selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus ( ilmu ekonomi ).
1. Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad; yaitu badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba, dan difoto, dan menempati ruang dan waktu.
b. Hayat; yaitu mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak
c. Ruh; yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
d. Nafs; dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
2. Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung 3 unsur yaitu :
a. Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan terkait masalah sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran. Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
b. Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri melalui sistem imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.

Hakekat Manusia :
1. Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
2. Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan denan mahluk lainnya
3. mahluk biokultural yaitu mahluk hayati yang budayawi
4. Mahluk Ciptaan Tuhan yagn terkait dengan lingkungan, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

Pengertian Kebudayaan
Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kepentingan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma dan nilai masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan pikir dari orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta dinamakan kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya, agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar, bahkan seluruh masyarakat.
Dari pengetian tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan dari pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya kelakuan manusia itu sendiri. Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya diperinci menjadi 7 unsur yaitu :
1. unsur religi
2. sistem kemasyarakatan
3. sistem peralatan
4. sistem mata pencaharian hidup
5. sistem bahasa
6. sistem pengetahuan
7. seni

Bertitik dari sistem inilah maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud antara lain :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Sifatnya abstrak, lokasinya ada dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup
2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.

B. Manusia dan Cinta Kasih

Pengertian Cinta Kasih

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta. Cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Pengertian tentang cinta dikemukakan oleh Dr. Sarlito W. Sarwono. Dikatakan bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan.

Kasih Sayang

Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu.

Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.

Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual.

Belas Kasihan
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta. Cinta Agape ialah cinta manusia kepada Tuhan. Cinta Philia ialah cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan saudara. Dan ketiga cinta erros atau amor ini ialah cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta amor dan eros ini adalah cinta eros cinta karena kodrati sebagi laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang sulit dinalar, misalnya gadis normal yang cantik mencintai dan mau menikahi seorang pemuda yang kerdil. Cinta terhdap sesama merupakan perpaduan cinta agape dan cinta philia. Cinta sesama ini diberikan istilah belas kasihan untuk membedakan antara cinta kepada orang tua, pria-wanita, cinta kepada Tuhan. Dalam cinta kepada sesama ini diberi istilah belas kasihan, karena cinta disini buka karena cakapnya, kayanya, cantiknya, melainkan karena penderitaannya.

Berikut contoh studi kasus yang mungkin dapat membuat Anda lebih jelas mengenai ulasan di atas. Bisa dilihat di sini.

Selasa, 04 Januari 2011

Finding Nemo

Abis ntn finding nemo, jd inget ayah..

Ayah Nemo, sperti ayah gw yg slalu berusaha utk mlindungi gw

Ayah Nemo, sperti ayah gw yg slalu menyayangi gw

entah knp hri ni bgtu special..
Mule dr film finding nemo yg bkin gw kangen ma bokap..
Ampe nglyt Cok Simbara (yg ud lm bgt ga mncul d TV) tba" ada d OPJ yg makin bkin gw inget ma sosok bokap gw, yg mirip bgt ma beliau

dan akir@ gw sadar, skrg tgl 2109 it's mean that tmrow is my dad's bday

mgkin nii reminder dri alam bwt remind gw klu bsk t adl hari pnting bwt ayah

bsk ayah gw ultah..tentu@ ud bkan swit 17 lg dan bkan yg k 50th..t ngingetin gw klu skrg ayah gw ud tua..fisik dy ud ga ky dl lg..

Keinget lagu Ebiet G. Ade 'bahumu yg dlu kekar, kini legam tbakar matahari.. Namun kau ttap teguh' ya kurang lbih sperti t..

Ayah,
andai dirimu tw klu anakmu ni kangen banget ma Ayah

andai dirimu tw klu jiwa dan raga ini bjuang untuk Ibu juga untukmu

andai dirimu tw klu anakmu ini dg cara@ sndiri slalu mnjaga, mperhatikan, dan peduli tentangmu

dan..

Andai kau tw Ayah, anakmu ini dg jerih payah@ berusaha utk berbakti dan mbuatmu bangga atas usaha@..

Hingga suatu saat nanti, d dpan smua orang, kau dpat berdiri tegak,tersenyum dan dengan mata berbinar serta penuh prasaan bangga kau mengucap 'ITU ANAKKU'

-icha-

Minggu, 02 Januari 2011

Aku Belajar

1. Aku belajar hidup adil dari Matematika. Memberi perlakuan yang sama terhadap ruas kiri dan kanan.

2. Aku belajar hukum sebab - akibat dari Fisika. Jika ada aksi maka akan timbul reaksi.

3. Aku belajar "ketidakpastian" dalam hidup dari Bahasa Ingris. Karena "close" tidak selalu berarti "tutup" tapi juga "dekat".

4. Aku belajar kerja keras dari Kimia. Karna untuk mencapai hasil maksimum dalam sebuah reaksi, kita harus memperbesar tekanan yang diberikan.

5.Aku bel;ajar pentingnya menegok ke belakang ( refleksi diri ) dari Sejarah. Tanpa ada peristiwa Rengasdengklok, tak kan ada Indonesia yang seperti sekarang.

6. Aku belajar bersyukur dari Biologi. Karena aku tidak mengalami sindrom cri du chat, klinefelter atau mutasi lainnya.

7. Aku belajar memahami perasaan orang lain melalui gaya bahasa Sunda. "Naha anjeun datang teh isuk - isuk teuing?".

8. Aku belajar bahwa pengulangan dalam hidup itu perlu untuk mencapai sebuah keindahan dari rima Bahasa Indonesia.
"Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya yang terbuang"

9. Aku belajar selangkah di depan dari short cut yang ada di Komputer.

10. Aku belajar hidup teliti dari Bahasa Jepang dalm menulis Hiragana, katakana, maupun kanji, bahkan dari seni origami.

11. Aku belajar sabar dari Kesenian. Apabila kita ingin membuat sebuah balok, namun ternyata alasnya bengkok, maka kita harus menghapus dan mengulangnya dari awal dengan lebih hati - hati.

12. Aku belajar mengerti bahwa kita tak mungkin hidup sendiri di dunia dari PKN dengan adanya UUD yang memiliki kumpulan alinea, batang tubuh, dan pasal - pasal.

13. Dan aku belajar menghargai waktu dengan adanya FACEBOOK.

.aina.
c=*